Jumat, 26 November 2010

-Kenapa Pengulangan, Terimakasih Terabaikan-


Aku merasa apa yang terjadi dalam hidupku adalah sebuah pengulangan. Aku tidak ingat bagaimana aku dilahirkan di dunia ini. apakah aku menangis atau diam. Aku tidak ingat apakah banyak orang bahagia atau sedih dengan kelahiranku. Bahkan aku tidak ingat siapa yang mengumandangkan adzan di telingaku. Dan suatu ketika aku sadar, aku akan mengalami apa yang orang tuaku alami, apa yang kakek nenekku alami. Semua hanya perulangan, dari satu kehidupan ke kehidupan lain. yah, I know kehidupan setiap orang pasti berbeda-beda.
Kehidupanku tidak sama dengan kehidupanmu. Kita punya arah yang berbeda, pemikiran yang berbeda, jalan yang berbeda walau mungkin satu tujuan. Namun terkadang tujuan setiap orang juga berbeda-beda. Dan selamanya kita tidak akan pernah bisa memiliki arah/tujuan orang lain. kita tidak bisa memiliki kehidupan orang lain untuk menjadi kehidupan kita. Begitupun kita tidak bisa memberikan kehidupan kita untuk orang lain. karena setiap orang hanya bisa bergandengan dan melangkah bersama.
Aku tidak bisa memiliki kehidupan orang tuaku, kakakku, adikku, teman-temanku untuk menjadi kehidupanku atau untuk mengikuti kehidupanku. Aku hanya bisa menggandeng mereka, menggenggam tangannya untuk melangkah bersama mencapai tujuan. Aku hanya bisa mencoba untuk memahami mereka, mengerti mereka, sehingga mereka bersyukur pada Tuhan karena telah diijinkannya aku berada ditengah-tengah mereka. Jadilah penyebab syukurnya orang karena mengenal kita.
Apa yang akan kamu katakan, jika kamu diminta untuk mengatakan satu kata tanya? Kalau jawabanku, kata tanya yang akan aku lontarkan adalah “Kenapa”. Kata tanya “kenapa” membuat aku membenci kata itu sendiri. Karena kata itu selalu keluar dari mulut manusia untuk mengeluh pada Tuhan. Mungkin kata “kenapa” juga digunakan oleh seluruh alam ini untuk mengeluh, dan paling banyak mengeluh pada Tuhan.
Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, dan setiap perpisahan terjadi pasti kita akan bertanya “Kenapa kita harus dipertemukan???” kepada siapa lagi pertanyaan itu kalau bukan untuk Tuhan. Kadang aku juga bertanya, “Kenapa aku dihidupkan?”. Kata “Kenapa” membuat kita tidak bersyukur kepada Tuhan, membuat kita tidak ikhlas kepada ketetapanNya, membuat kita menjadi makhluk yang hina, karena kita tidak percaya bahwa Tuhan akan selalu berikan cerita indah untuk hidup kita. Kalau kita memang percaya, apakah kita akan terus mengunakan kata “kenapa” untuk mengeluh padaNya?
Kenapa tadi aku bilang bahwa hidup itu sebuah pengulangan. Karena kita selalu mengulang kata “kenapa” dalam hidup kita untuk mengeluh pada Tuhan. Dan mengabaikan kata “Terimakasih...”
*) Marlina Permatasari, Mahasiswa STMIK Amikom Yogyakarta '07,"kumpulan artikel Lina MarMut"