Selasa, 21 Desember 2010

Sejak Kapan


Bulan telah beranjak pergi, 
aku hanya bisa menatapnya. 
Tak banyak yang bisa ku ingat. 
Bahkan aku tak ingat sejak kapan aku mengenalmu. 
Dan sekarang, 
aku tak tahu sejak kapan kau menjadi bagian hidupku. 
Menjadi sarang dalam setiap doaku, 
menjadi orang yang ingin  aku impikan.


*) Marlina Permatasari // S1-SI-Amikom Yogyakarta // "Kumpulan Puisi Lina MarMut"

Senin, 20 Desember 2010

Aku mencintaimu

Aku mencintaimu,
karena ruku’mu pada Tuhanku
Aku mencintaimu,
karena sujudmu pada Tuhanku
Aku mencintaimu,
karena ikhlasmu akan cacian
Aku mencintaimu,
karena lembut sikapmu
Aku mencintaimu,
Karena rendahnya hatimu
Aku mencintaimu,
karena takutnya kau pada Tuhanku

Aku mencintaimu,
karena kau menjaga pergaulanmu dengan yang haram bagimu
Aku mencintaimu,
karena aku memang harus mencintaimu
Aku mencintaimu,
karena Tuhan memperkenalkanku denganmu
Aku mencintaimu,
karena getaran yang aku rasa tapi tak ku mengerti
Aku mencitaimu karena cita-citaku “Aku ingin menjadi istri shalihah”
Karena itu aku mencintaimu...


*) Marlina Permatasari // S1-SI-Amikom Yogyakarta // "Kumpulan Puisi Lina MarMut"

Jumat, 26 November 2010

-Kenapa Pengulangan, Terimakasih Terabaikan-


Aku merasa apa yang terjadi dalam hidupku adalah sebuah pengulangan. Aku tidak ingat bagaimana aku dilahirkan di dunia ini. apakah aku menangis atau diam. Aku tidak ingat apakah banyak orang bahagia atau sedih dengan kelahiranku. Bahkan aku tidak ingat siapa yang mengumandangkan adzan di telingaku. Dan suatu ketika aku sadar, aku akan mengalami apa yang orang tuaku alami, apa yang kakek nenekku alami. Semua hanya perulangan, dari satu kehidupan ke kehidupan lain. yah, I know kehidupan setiap orang pasti berbeda-beda.
Kehidupanku tidak sama dengan kehidupanmu. Kita punya arah yang berbeda, pemikiran yang berbeda, jalan yang berbeda walau mungkin satu tujuan. Namun terkadang tujuan setiap orang juga berbeda-beda. Dan selamanya kita tidak akan pernah bisa memiliki arah/tujuan orang lain. kita tidak bisa memiliki kehidupan orang lain untuk menjadi kehidupan kita. Begitupun kita tidak bisa memberikan kehidupan kita untuk orang lain. karena setiap orang hanya bisa bergandengan dan melangkah bersama.
Aku tidak bisa memiliki kehidupan orang tuaku, kakakku, adikku, teman-temanku untuk menjadi kehidupanku atau untuk mengikuti kehidupanku. Aku hanya bisa menggandeng mereka, menggenggam tangannya untuk melangkah bersama mencapai tujuan. Aku hanya bisa mencoba untuk memahami mereka, mengerti mereka, sehingga mereka bersyukur pada Tuhan karena telah diijinkannya aku berada ditengah-tengah mereka. Jadilah penyebab syukurnya orang karena mengenal kita.
Apa yang akan kamu katakan, jika kamu diminta untuk mengatakan satu kata tanya? Kalau jawabanku, kata tanya yang akan aku lontarkan adalah “Kenapa”. Kata tanya “kenapa” membuat aku membenci kata itu sendiri. Karena kata itu selalu keluar dari mulut manusia untuk mengeluh pada Tuhan. Mungkin kata “kenapa” juga digunakan oleh seluruh alam ini untuk mengeluh, dan paling banyak mengeluh pada Tuhan.
Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, dan setiap perpisahan terjadi pasti kita akan bertanya “Kenapa kita harus dipertemukan???” kepada siapa lagi pertanyaan itu kalau bukan untuk Tuhan. Kadang aku juga bertanya, “Kenapa aku dihidupkan?”. Kata “Kenapa” membuat kita tidak bersyukur kepada Tuhan, membuat kita tidak ikhlas kepada ketetapanNya, membuat kita menjadi makhluk yang hina, karena kita tidak percaya bahwa Tuhan akan selalu berikan cerita indah untuk hidup kita. Kalau kita memang percaya, apakah kita akan terus mengunakan kata “kenapa” untuk mengeluh padaNya?
Kenapa tadi aku bilang bahwa hidup itu sebuah pengulangan. Karena kita selalu mengulang kata “kenapa” dalam hidup kita untuk mengeluh pada Tuhan. Dan mengabaikan kata “Terimakasih...”
*) Marlina Permatasari, Mahasiswa STMIK Amikom Yogyakarta '07,"kumpulan artikel Lina MarMut"

Sabtu, 09 Oktober 2010

Malaikat itu...(Kamu)

Tik...tik...tik...
Rintik hujan masih terdengar sayu menuruni atap paviliun.
Desir angin yang berlarian,
layaknya bocah kecil yang menangis,
Tak ada suara yang sumbang,
hanya detak arloji dari dinding kamarku,
Menyadarkan aku dari lamunan,

Sang waktu begitu cepat bergerak,
mematahkn dawai2 gitar yang mengalun indah,
menghentikan langkah Jibril, yang membawa air surga.
Malam semakin larut, dan aku semakin terjaga
Semua telah terlelap dalam heningnya malam,
berselimut harapan meny0ngs0ng hari depan.

Hantaman hilir udara mematahkan lekukan tulangku yang telah rapuh,
sunyi,sepi...
Dan kusadari aku sendiri, di kala semua terlelap dalam mimpinya.
Hanya aku yang bergelut dengan malam, meneguk air surga yg di bawa oleh Jibril,

Tak ada yang mengajariku untuk terjaga.
kelopak mataku seakan enggan merapat
beribu tanya dalam diri,
mengapa?apa?bagaimana?
Mengapa aku mecintaimu,
selembut belaian air hujan yang mmbekukan malam
Apa yang harus aku lakukan?
Dikala hatiku tak tenang karnamu?
Bagaimana aku membuatmu enyah dari khayalanku,
sedangkan inginku hanya dirimu.
Apakah aku terlalu dekat memandangmu,
sehinggaku tak mampu melihat yang lain?

Malaikat itu datang,
Menarikku dari sbuah kegelapan yang menakutkan,
memberikanku secercah cahaya, yang di ambil dari sebuah bintang yang terdampar di tepi pantai,
lalu aku terhanyut kelubang laut, aku tersesat,

malaikat itu...kamu...
Lautku...yang membuatku menjadi bintang ditepi pantai.
Terusku mencari jalan, agar ku temukan mu,
Aku lelah...
Dan aku telah sampai dimana aku sadari,
aku tidak menemukan mu, karena kau telah merengkuh bintang itu,

Tapi serpihan pasir dari surga mengatakan
malaikat itu...adalah kamu...
Jibril dengan nyanyian nya membisikkan,
malaikat itu adalah kamu...
Tuhanpun mengisyaratkan,
malaikat itu adalah kamu...
Aku tergerak, aku harus berenang ketepi,agar aku bisa menemukanmu,
cinta ini dari surga, yang Tuhan titipkan pada Jibril untukku,
dan cinta ini inginku berikan padamu, aku yakini isyarat Tuhan,
karena "malaikat itu...kamu..."

*)Marlina Permatasari/S1-SI Amikom Yogyakarta'07/"Kumpulan Puisi Lina MarMut"

Kamis, 30 September 2010

Malaikat itu...

Malaikat itu datang,
entah apa yang dia bawa dibalik sayap kelabunya,
dan aku...
aku hanya bisa memandanginya
dan terus bertanya,
malaikat apa yang membuat deraian nada sumbang itu?
lantunan syair yang tergores dalam kitab suci?
Dan intan permata yang keluar dari tempurungnya?

malam kemudian tiba,
dan aku membencinya,
kedatangannya membuat kegalauan, kemunafikan, dan keangkuhan
aku ingin pagi secepatnya datang,
menyambut eloknya mentari yang tertutup kabut sutera,
tapi pagi tak seindah malam,
kedatangannya tak bedanya membawa kerikil-kerikil neraka
yang membuatku tidak bisa berjalan,

Malaikat...
bagiku siang hanya serpihan air dari laut hitam,
sehitam dirimu yang tidak pernah terjangkau oleh penglihatanku,
kau datang dalam gelapnya dunia,
aku tidak bisa melihatmu,
tak bisa menatap matamu,
merasakan keteduhan senyummu,

Ingin ku terbang melintasi cahaya bersamamu,
meraih secercah bintang merah itu,
bersama deraian hujan,
dan merasakan desiran angin yang mematahkan daun pada rantingnya,

kenapa tanganku tak bisa terlepas dari gengamanmu,
garis-garis kehidupan masih terasa dalam jemariku,
kau perlahan menjauh,
dan kini ku mulai merasakannya,
sisakan 1 menit,
untukku jelaskan "Aku membutuhkanmu..."
Dan Tuhan tahu itu,
bukan apa yang aku inginkan,
dalam hati bergejolak menentang kehendakNYA,
apakah memang kau malaikat itu,
yang menunjukkan jalan yang telah Tuhan pilihkan untukku?
Tapi mengapa,
aku melihat tiada jalan menujumu,

"Malaikat...
bagiku siang hanya serpihan air dari laut hitam,
sehitam dirimu yang tidak pernah terjangkau oleh penglihatanku,
kau datang dalam gelapnya dunia,
aku tidak bisa melihatmu,
tak bisa menatap matamu,
merasakan keteduhan senyummu,"


*) 21 Agustus 2010-09:42/"Kumpulan Puisi Lina Permata"

Rabu, 29 September 2010

Cinta datang tak terduga

Ini kisah nyata, mungkin kisah cinta dari berjuta-juta cinta yang ada. Saat itu, aku dan temanku Desi baru saja pulang dari perpustakaan daerah Jogja untuk mencari-cari buku komputer dan sastra. Tapi sayang buku yang kami cari entah raib di mana. Karena keletihan, kami mengisi perut yang sedari tadi berbunyi. Warung bakso “Pak Bawor” tujuan kami.
Sangat tidak enak jika kami makan tidak sambil berbincang. Entah kenapa topik saat itu adalah tentang cinta. Cinta yang tidak bisa diartikan maknanya, tidak bisa di tebak dimana keberadaannya, tapi dia ada, nyata, dan dapat kita rasakan. Hingga suatu ketika ada suatu cerita dari Desi. Desi menceritakaan tentang kisah cinta Om nya. Kisah cinta itu, di awali dengan sms nyasar. Yang akhirnya berkelanjutan dengan cinta, sekian lama mereka hanya berkasih lewat media elektronik yaitu HandPhone, tanpa bertatap muka, hanya kepercayaan dan kenyakinan modal utama cinta itu. Hingga suatu ketika pertemuan pun terjadi. Perasaanpun bercampur tidak karuan, gugup, tidak percaya diri terjadi dalam diri masing-masing sebelum bertemu. Cinta yang sudah tumbuh sejak lama dihati mereka, membuat pertemuan itu berjalan dengan baik. Dan, akhirnya mereka menikah, hidup bahagia. Kisah cinta mereka terjalin bukan karena tidak sengaja. Ya, pasti karena campur tangan Tuhan. Tuhan selalu punya cerita indah untuk kita, salah satunya adalah cerita cinta. Bahkan cinta bisa datang dari jalan, arah, atau tempat yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Yakinlah, jika cinta itu berasal dari Tuhan, tidak ada yang namanya sakit hati. Yang ada hanyalah ketenangan dan kebahagiaan. Jadi jika kita sakit hati, cinta kita perlu dipertanyakan. Apakah kita mencitainya karena Tuhan, atau kita mencintainya karena dia.


*) Marlina Permatasari/S1-SI Amikom Yogyakarta'07/"Kumpulan artikel Lina MarMut"

Sabtu, 25 September 2010

Mimpi itu...

Tak ada yang mampu mengartikan,
mengapa daun itu rapuh dan akhirnya patah dari rantingnya,
kala angin meniupkan desir nadanya,
Kala malam bercerita tentang arti hidup,
tentang rasa,

dan dia tahu,
aku tahu,
dan kau tahu,
hanya tak ingin kau sadari,
sedikit saja kau mengerti,
angin tak mutlak salah ketika daun itu patah dan jatuh,

Malam membuatku merasa tercekik,
dikala sunyi menghampiriku,
Siang memberikan napas sesak,
dikala aku mengingat malam,
dan pagi tak ubahnya siang yang terus memberikan harum neraka,
sehingga aku tak lagi merasakan semuanya,
dalam relung sukma yang ada,

Semua ketakutan itu,
membuatku sadar,
aku membenci malam,
ketika kedatangannya membuatku tak bisa berhenti memimpikanmu,
aku membenci siang,
ketika kedatangannya membuatku tak bisa enyah memikirkanmu,
Aku membenci pagi,
ketika kedatangannya membawaku berkhayal tentangmu,

Dan ketikaku sadari,
tanpa aku bertanya,
aku telah mendapatkan jawabannya,
bahwa aku terlalu mencintaimu,
atau aku mencintaimu,
mungkin sedikit mencintaimu.
tapi aku lebih sadar,
bahwa aku tidak bisa jauh darimu,
dan kini sudah ku rasakan itu,
perlahan waktu kan membuatmu jauh dariku,
Bisakah sejenak kau berikan sedikit waktu,
biar ku bisa memberitahumu,
tentang semua MIMPI ITU...

bahwa mimpi itu adalah "ketakutan hariku,akan perginya engkau dari hidupku"

*)Marlina Permatasari/S1-SI Amikom Yogya'07/23 Agustus 2010-04:43 / "Kumpulan Puisi Lina MarMut"

Aku pergi....

Kala itu malam semakin larut...aku semakin tahu, ternyata hidup itu memilih jalan nya masing-masing, manusia bertanggung jawab atas dirinya sendiri-sendiri, dan manusia itu hakekat nya bertahan untuk hidup. Lalu...apa yang harus dilakukan? melakukan yang terbaik atau memberikan yang terbaik?
Kadang kita terjebak dengan kata-kata orang bijak. "Jadilah dirimu sendiri". Jika menjadi diri sendiri berarti melakukan yang terbaik, bukan memberikan yang terbaik. Karena memberikan yang terbaik, selaras dengan mengutamakan kepentingan bersama,kepentingan orang banyak. Tapi jika orang banyak itu tidak mementingkan kita kenapa kita harus mementingkan orang banyak?....mementingkan kepentingan bersama. Jika pemikiran seperti itu, itu namanya egois. egois bukan mengutamakan kepentingan bersama, tapi mengutamakan kepentingan pribadi.
Jika mengutamakan kepentingan pribadi berarti memilih melakukan yang terbaik. Jadi jika ingin mengatakan "Aku lakukan ini untuk kepentingan bersama" seharus nya di telaah dahulu. benarkah itu untuk kepentingan bersama atau hanya untuk kepentingan pribadi, kepuasan tersendiri, ego dalam diri.
aku bingung dengan apa yang aku katakan, seakan semua kata-kata itu keluar begitu saja. Malam semakin larut...dan semakin larut....aku masih bingung menelaah semua...menelaah hidup ini, hidup yang tidak ku mengerti jalannya.
akhirnya aku langkah kan kaki untuk beranjak dan memohon kepada Tuhan, agar senantiasa membimbingku supaya aku berfikir.....




*) Marlina Permatasari/S1-SI Amikom Yogyakarta'07/"Kumpulan Artikel Lina MarMut"

Jika Ingin Maksiat

Jika kamu ingin melakukan maksiat ingatlah 2 hal terpenting dalam hidupmu terlebih dahulu
yang pertama Adalah TUHAN mu,
Dia yang selalu memberimu kenikmatan dan ampunan.
seharusnya kamu bersyukur bukannya malah bermaksiat
Yang kedua adalah ORANGTUA mu,
mereka berharap kelak kamu akan sukses dan membahagiakan mereka dunia akherat
Mereka selalu berharap dalam doa, kelak kamu akan memuliakan mereka
Jadi ingatlah 2 hal penting dalam hidupmu terlebih dahulu,
ketika kamu ingin melakukan maksiat walau itu sekecil apapun
Jangan buat mereka bersedih karena tingkahmu...


*) Marlina Permatasari/S1-SI Amikom Yogyakarta'07/"Kumpulan artikel Lina MarMut"

Love...

Apa yang kita ingat dari kenangan-kenangan yang terekam oleh kita?nama tempat?nama permainan?nama teman?atau kejadian? Adalah hal-hal yang lambat laun bisa terlupa, tapi tidak dengan Rasa.
Rasa senang, rasa sedih, yang akan terus kita bawa tanpa mudah tercecer di sepanjang perjalanan kita. Dan semakin kita dewasa, kita akan menyadari bahwa diantara kenangan-kenangan tersebut ada satu rasa yang paling besar yaitu “CINTA”.
Karena ketika satu persatu cerita berhenti dan menjadi kenangan. Cinta terus bergerak seiring harapan yang menyertai dia.
Cinta yang tak terlihat oleh mata, tak teraba oleh tangan, tapi dia ada. Bahkan sejak kita belum bisa mengucapkannya.
Cinta sejati, cinta yang kita kira sudah berakhir, ternyata hanya bersembunyi menungggu untuk kembali lagi.

sumber "Love" movie film