Kamis, 30 September 2010

Malaikat itu...

Malaikat itu datang,
entah apa yang dia bawa dibalik sayap kelabunya,
dan aku...
aku hanya bisa memandanginya
dan terus bertanya,
malaikat apa yang membuat deraian nada sumbang itu?
lantunan syair yang tergores dalam kitab suci?
Dan intan permata yang keluar dari tempurungnya?

malam kemudian tiba,
dan aku membencinya,
kedatangannya membuat kegalauan, kemunafikan, dan keangkuhan
aku ingin pagi secepatnya datang,
menyambut eloknya mentari yang tertutup kabut sutera,
tapi pagi tak seindah malam,
kedatangannya tak bedanya membawa kerikil-kerikil neraka
yang membuatku tidak bisa berjalan,

Malaikat...
bagiku siang hanya serpihan air dari laut hitam,
sehitam dirimu yang tidak pernah terjangkau oleh penglihatanku,
kau datang dalam gelapnya dunia,
aku tidak bisa melihatmu,
tak bisa menatap matamu,
merasakan keteduhan senyummu,

Ingin ku terbang melintasi cahaya bersamamu,
meraih secercah bintang merah itu,
bersama deraian hujan,
dan merasakan desiran angin yang mematahkan daun pada rantingnya,

kenapa tanganku tak bisa terlepas dari gengamanmu,
garis-garis kehidupan masih terasa dalam jemariku,
kau perlahan menjauh,
dan kini ku mulai merasakannya,
sisakan 1 menit,
untukku jelaskan "Aku membutuhkanmu..."
Dan Tuhan tahu itu,
bukan apa yang aku inginkan,
dalam hati bergejolak menentang kehendakNYA,
apakah memang kau malaikat itu,
yang menunjukkan jalan yang telah Tuhan pilihkan untukku?
Tapi mengapa,
aku melihat tiada jalan menujumu,

"Malaikat...
bagiku siang hanya serpihan air dari laut hitam,
sehitam dirimu yang tidak pernah terjangkau oleh penglihatanku,
kau datang dalam gelapnya dunia,
aku tidak bisa melihatmu,
tak bisa menatap matamu,
merasakan keteduhan senyummu,"


*) 21 Agustus 2010-09:42/"Kumpulan Puisi Lina Permata"

0 komentar:

Posting Komentar